Transformasi Pertanian Banyuwangi: Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi Menuju Pertanian Rendah Karbon

Di tengah krisis iklim, Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi di Banyuwangi mengambil peran nyata dalam menciptakan masa depan pertanian yang lebih sehat, rendah emisi, dan berbasis kolaborasi.

Ekosistem Pangan Berkelanjutan sebagai Pilar Indonesia Emas 2045

Ketahanan pangan dan pemenuhan gizi menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Dalam draft RPJMN 2025-2029, prioritas nasional kedua menegaskan komitmen negara untuk “memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru”.

Capaian menuju swasembada pangan terus menunjukkan kemajuan. Per 18 Mei 2025, Bulog mencatat stok beras nasional mencapai 3,8 juta ton, angka tertinggi sejak lembaga ini berdiri pada 1969. 

Namun di sisi hulu, proses budidaya padi masih menghadapi tantangan besar. Menurut data Low Carbon Development Indonesia, budidaya padi menyumbang 11% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) sektor pertanian nasional. Artinya, untuk mewujudkan sistem pangan berkelanjutan, dibutuhkan keseimbangan antara penguatan rantai pasok di hilir dan transformasi proses produksi di hulu.

Banyuwangi: Membangun Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi yang Inklusif dan Rendah Karbon

Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, Banyuwangi menghadirkan sebuah model baru pengembangan sistem pangan daerah. Melalui Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi, Banyuwangi memelopori inisiatif pertama di Indonesia yang memadukan tiga pilar utama pengembangan ekosistem pangan berkelanjutan:

  1. Peningkatan skala produksi beras biofortifikasi berbasis teknologi ramah lingkungan.
  2. Penerapan praktik budidaya pertanian rendah karbon di tingkat petani.
  3. Penguatan kolaborasi multipihak (Pentahelix) dari hulu ke hilir.

Inisiatif ini sebelumnya dikenal dengan nama Ekosistem Sunwangi, yang merupakan tahap awal pengembangan berbasis kolaborasi lokal. Seiring berjalannya waktu dan melihat dampak positif yang dihasilkan, ekosistem ini dikembangkan lebih lanjut menuju skala industri agar dapat menjangkau lebih banyak petani, memperkuat ketahanan gizi, dan memperluas manfaatnya secara nasional.

Ekosistem ini melibatkan beragam pemangku kepentingan: petani, akademisi (IPB University), pelaku industri (PT Terra Agro Yields), offtaker nasional (Bulog), hingga sektor swasta (Danone Indonesia), dan Bank Indonesia.

Melalui kolaborasi lintas sektor ini, Banyuwangi tidak hanya memperkuat kapasitas produksi pertanian, tetapi juga memastikan bahwa produk yang dihasilkan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Salah satunya adalah beras biofortifikasi kaya nutrisi Sunwangi, yang memperkuat ketahanan gizi sekaligus mendukung agenda kesehatan nasional.

Praktik Pertanian Rendah Karbon Pada Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi di Banyuwangi 

Di sisi hulu, kunci utama keberlanjutan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi di Banyuwangi terletak pada pemilihan benih padi biofortifikasi, penerapan Teknologi PPAI, hingga pengukuran total emisi yang dihasilkan selama proses budidaya. 

Saat ini, ekosistem tersebut menggunakan benih padi biofortifikasi 9G dan 15S yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc., (Guru Besar IPB University) dan tim dengan keunggulan tahan terhadap serangan Wereng Batang Coklat (WBC), memiliki produktivitas yang kompetitif dengan varietas unggul lain, serta adaptif di lahan kering maupun basah. Selain itu, kandungan zat besi (Fe) dan seng (Zn) yang lebih tinggi pada benih ini berkontribusi dalam upaya penanggulangan anemia dan stunting. Ke depan, Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi di Banyuwangi tetap terbuka untuk mengadopsi varietas padi lain yang menawarkan inovasi dan keunggulan baru. Selama proses budidaya, petani didampingi dalam penerapan praktik pertanian regeneratif melalui Teknologi PPAI (Plant and soil health, Productivity, Assistance, and Innovation). Teknologi ini mencakup 10 intervensi budidaya, mulai dari pengolahan lahan, masa tanam, hingga panen, dengan prinsip meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan tanpa ketergantungan berlebih pada input kimia.

Beberapa intervensi kunci yang diterapkan meliputi:

  • Penggunaan Reduktan Pestisida yang memungkinkan pengurangan penggunaan pestisida sintetis hingga 50%.
  • Metode AWD (Alternate Wetting and Drying)—sistem irigasi berselang yang mengurangi genangan air sawah dan emisi metana.
  • Pemanfaatan Dekomposer Jerami untuk mencegah pembakaran jerami sekaligus memperkaya kandungan bahan organik tanah.
  • Penerapan Balance Solution, pembenah tanah berbasis biochar yang membantu memperbaiki struktur tanah dan mengurangi ketergantungan tanaman terhadap pupuk kimia.

Setiap praktik diterapkan secara site-specific, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing lahan dan kondisi petani, sehingga memberikan dampak optimal bagi produktivitas dan lingkungan.

Untuk memastikan efektivitas praktik ini dalam menekan emisi karbon, dilakukan pengukuran dan monitoring gas rumah kaca (GRK) secara berkala melalui kolaborasi antara IPB University, PT Terra Agro Yields, dan Danone Indonesia.

Dampak Awal dan Rencana Pengembangan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi Banyuwangi

Musim tanam perdana dalam pengembangan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi di Banyuwangi dimulai di 5 hektar lahan dan saat ini dilanjutkan di musim tanam kedua dengan luas lahan mencapai 24 hektar. Melihat potensi yang ada, pengembangan ekosistem direncanakan untuk diperluas hingga 500 hektar hingga tahun 2026, dengan potensi hasil panen mencapai 1.250 ton beras biofortifikasi.

Selama proses budidaya, pendekatan pertanian rendah karbon dan regeneratif  yang diterapkan melalui Teknologi PPAI berhasil:

  • mengurangi penggunaan pestisida sintetis hingga 50%,
  • mengefisienkan penggunaan air hingga 213%,
  • menciptakan 483 lapangan kerja, 
  • meningkatkan akses terhadap beras biofortifikasi bagi lebih dari 2.000 perempuan dan anak, serta
  • mencegah pelepasan 172 tCO₂e ke atmosfer atau setara dengan total emisi mengemudi mobil sejauh >636.400 km.

Hasil ini menjadi sinyal kuat bahwa Banyuwangi tengah membangun model pertanian masa depan: sehat, ramah lingkungan, dan inklusif. Ekosistem ini pun menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain yang ingin mengembangkan sistem pangan yang produktif dan berkelanjutan dengan berbasis kolaborasi multipihak.

Banyuwangi sebagai Model Inspiratif untuk Pembangunan Pangan Berkelanjutan

Dengan mengembangkan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi, Banyuwangi tidak hanya berkontribusi dalam penguatan ketahanan pangan nasional, tetapi juga menunjukkan bahwa transisi menuju pertanian rendah karbon dapat dilakukan secara nyata melalui pendekatan berbasis kolaborasi pentahelix.

Keberhasilan awal ini membuka peluang bagi replikasi di daerah lain, sejalan dengan agenda Indonesia Emas 2045 dan komitmen nasional terhadap pembangunan berkelanjutan.Ekosistem ini membuktikan bahwa ketika inovasi teknologi, praktik regeneratif, dan kolaborasi multipihak (pentahelix) berjalan beriringan, transformasi sektor pertanian yang lebih sehat, inklusif, dan rendah emisi bukan lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang bisa dicapai.

Share :

Artikel Terkait

Blog

PT Terra Agro Yields dan Danone Indonesia Hadirkan RiceVitalize: Langkah Berani Menuju Pangan Lebih Sehat dan Pertanian Regeneratif

PT Terra Agro Yields dan Danone Indonesia telah mengambil langkah strategis dalam upaya bersama mengatasi malnutrisi dan memperkuat ketahanan petani melalui pendekatan pertanian berkelanjutan. Kolaborasi ini diwujudkan melalui RiceVitalize™, sebuah ekosistem terintegrasi yang berfokus pada budidaya padi biofortifikasi untuk petani swadaya. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui penyediaan

Read More »
Blog

Banyuwangi Luncurkan Ekosistem Beras Biofortifikasi Skala Industri Pertama di Indonesia: Strategi untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Pengendalian Inflasi

Banyuwangi, Indonesia – 25 Juni 2025 – Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, hari ini meluncurkan ekosistem beras biofortifikasi berskala industri pertama di Indonesia. Inisiatif ini dibentuk melalui kemitraan strategis pentahelix antara PT Terra Agro Yields, Danone-AQUA, IPB University, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Perum Bulog, dan Bank Indonesia.

Read More »

We use cookies to improve your experience on our website

We use cookies to give you the best experience when you visit tagroyields.com. By using our website you agree to our Terms and Conditions and Privacy Policy